Jumat, 22 Maret 2013

Olah Raga Tinju

Sejarah perkembangan Olah Raga Tinju
Mitologi Tinju
Kata Tinju adalah terjemahan dari kata Inggris "boxing" atau "Pugilism". Kata Pugilism berasal dari kata latin, pugilatus atau pinjaman dari kata yunani Pugno, Pignis, Pugnare, yang menandakan segala sesuatu yang berbentuk kotak atau "Box" dalam bahasa Inggrisnya.
Tinju Manusia, kalau terkepal, berbentuk seperti kotak. Kata Yunani pugno berarti tangan terkepal menjadi tinju, siap untuk pugnos, berkelahi, bertinju.
Dalam mitologi, bapak dan Boxing adalah Poliux, saudara kembar dari Castor, putera legendaris dari Jupiter dan Leda.
Perkembanganya
Pertandingan tinju yang pertama tercatat dalam sejarah adalah antara lain melawan abel.
Kitab mahabrata juga mencatat pertandingan-pertandingan tinju, hal mana mendahului pencatatan cerita-cerita perkelahian di antara bangsa Yunani, Romawi, dan Mesir.
Petinju terkenal pertama berkebangsaan yunani bernama Theagenes dari thaos yang menjadi juara Olympic Games 450 Masehi. Ia melakukan pertandingan sebanyak 1.406 kali dengan menggunakan cetus sarung tinju yang terbuat dari besi. Kebanyakan dari lawan-lawan itu tewas ketika bertarung melawannya.
Meskipun boxing terkenal berabad-abad lamanya sebagai suatu bentuk hiburan, namun seorang Inggris yang bernama James Ping adalah James Broughton, juara britania, yang juga merupakan orang pertama yang menggunakan sarung tinju. Peraturan dan sarung tinju ini di perkenalkan pada tanggal 10 Agustus 1973.
James Broughton membuka suatu akademi dan untuk melindunggi murid-muridnya dari patah rahang, mata biruh dan hidung berdarah. Diciptakanlah sarung-sarung .
Tindakan James Broughton adalah kelanjutan dari pada dilarangnya "profesional boxing" pada tanggal 14 April 1743 oleh pemerintah Inggirs.
Pelanggaran profesional boxing melalui suatu undang-undang yang disahkan oleh parlemen Inggris, tindakan ini merupakan tidakan hukum yang pertama terhadap kegiatan tersebut.
Sebelum James Broughton tampil dengan peraturan pertandingan dan sarung tinju kulit, pertandingan dilakukan dengan tinju telanjang.
Pertandingan pertama atau perkelahianpertama ini, (bare knuckle bout) berlangsung antara seorang prajurit dari the Duke of Albemarle seorang tukang potong (pembantai) dalan tahun 1681.
Marquis of Queensberrry Rules
Jhon Sholte Duglas yang menjadi Marquis of Queensberrry di tahun 1858 dan meninggal pada tahun 1900 adalah orang dalam sejarah tinju moderen. Karena dialah yang memperkenalkan perauran tinju yang lebih dikenal dengan nama "Maquis of Queensberrry Rules’’ sebagai penganti dari apa yang dikenal dengan nama "London Prize Ring Code".
Menurut ketentuan Marquis of Queens berry Rules, satu ronde (babak) lamanya 3 menit, dan waktu istirahat lamanya 1 menit.
Peraturan pertandingan tinju ini di susun dan diciptakan oleh Jhon Graham Chamber bukan oleh marquis tersebut karena dia hanyalah sebagai sponmsor dari penyusun dari rules itu. Peraturan ini diperkenalkan dalam tahun 1867.
Chambers adalah anggota Amateur Athletic club, dan sebagaimana lasimnya pada waktu itu, ia mencari perlindungan untuk di pinjam namanya.
Marquis of Queennsberry menyetujui permohonan Jhon Graham Chambers, dan peraturan pertandingan tinju inilah yang merupakan dasar dari peraturan pertandingan Tinju Moder, kemudoian nama the marquis of qeensberry rules.
Olah Raga tinju di Indonesia
Tinju di Indonesia ikut di populerkan oleh tentara Hindia Belanda atau KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger). Ring Tinju yang kini masih ada di Jasdam lima Jaya serta Jasdam VII Diponegoro (semarang) antara lain merupakan bukti-bukti dari padanya.
Lebih-lebih dengan tampilnya petinju-petinju profesional dari apa yang dinamakan "the modern group" di mas media dunia, seperti Jack Dempsey, the '' manassa mauler " dalam tahun 1920 yang kemudian disusul oleh Joe Louis dalam tahun 30-an ini diadakan di Varia Park (Krekot), Deca Park (lapangan monas sekarang sebelah utara) di betawi jaman dulu.
Ada juga petinju-petinju Indonesia asli seperti Kid Darlim, Primo Usman yang juga pernah tampil dalam partai tambahan.
Seorang pemuda belasan tahun bernama sudharto, bersama teman-temanya sekampung dari kemayoran, sepulangnya sekolah sering kelihatan di jaga monyet, dimana petinju-petinju asal malaya, Singapura, Hongkong, dan Filipina itu tinggal dibawah asuhan Promotor Choong.
Persahabatan terjalin antara pemuda sudharto dengan Rio Girl. Pergaulan inilah yang menyebabkan sudharto mulai mengenal dan mempelajari dasar-dasar teknis tinju.
Ketika Rio Girll habis kontraknya dan hendak pulang ke kampung halamannya di Hongkong, dia memberikan sepasang sepatu tinju kepada Sudharto sebagai tanda kenang-kenangan.
Dengan timbulnya perang DuniaKe-II, perang Asia Timur Raya, penjajahan jepang dan revolusi visik, terhentilah kegiatan-kegiatan tinju di tanah air.
Dalam tahun 1953 tinju kembali dikenal lewat pertandingan tinju '' Besar" yang diselengarakandijalan Jenderal Sudirman, Jakarta dengan promotor Oliviero Jr.
Seorang wartawan yang bernama Frans Mendur yang meliput pertandingan itu mengatakan "Tinju Sabun" Peristiwa ini mengerakkan Mendur untuk mendekati pejabat-pejabat polisi dan menyampaikan kelicikan promotor "Tinju Sabun itu".
Bertempat di rumah M. Djhorghi pada tahun 1954 didirikan PERTIGU, kepanjangan dari Persatuan Tinju dan Gulat di Jakarta yang diketuai oleh Mendur.
Pertinjuan dan pergulatan, yang masuk ruang lingkup "publik vermakelijkheid ", hiburan umum, diharuskan memperoleh rekomendasi dari organisasi ini, sebelum kepolisian Jakarta memberikan izinnya.
Menjelang Olympic Games tahun 1956 di Melbourne, PERTIGU mengadakan pendekatan terhadap yang berwajib untuk bisa mengirimkan petinju-petinju Indonesia. Pendekatan tidak membawa hasil yang positif karena organisasi ini tidak memenuhi persyaratan federasi Internasional. menjelang Olympic Games di Roma di ulang kembali pendekatan ini.
Sesuai dengan petunjuk-petunjuk Komite Olympiade indonesia, dalam tahun 1958 bertempat di jalan Musi 15,Jakarta, didirikan PERTINA (Persatuan Tinju Amatir Nasional) dengan ketuannya K.P. Kabul Hadinoto.
Pada Tanggal oktober 1959, PERTINA ditetapkan dengtan dengan kepanjangan dari persatuan Tinju Amatir Indonesia, dengan rekomendasi Komite Olimpiade Indonesia menjadi anggota AIBA.
Kejuaraan Tinju Amatir Indonesia yang pertama diadakan di Gedung Olahraga IKADA pada tahun 1959. Setahun kemudian, pada tahun 1960, berlangsung kejuaraan nasional ke II di Ujung Pandang. pada waktu itu juga diselenggarakan kongres PERTINA, Letkol Sudharto terpilih sebagai ketua umum dan formatur Pengurus Besar Pertina.
Tahun 1960 itu juga Indonesia mengirimkan para petinjunya yakni Johnny Bolang, Oei Hok Tiang dan Wahyu untuk mengikuti Olympic Games di Roma.
Tahun 1961, tercatat 3 peristiwa penting dalam dunia olah raga tinju Indonesia yakni invitasi tinju di gedung olah raga IKADA, PON V di Bandung dan pertandingan Tinju International, Indonesia melawan singapura yang hampir semuanya dimenangkan oleh petinju Indonesia. Tahun 1962 dalam Asian Games IV yang diselengarakan di Jakarta, petinju-petinju Indonesia meraih 2 medali perak melalui Frans Soplanit (kelas Bantam)dan Paruhum Siregar (kelas berat ringan).
Indonesia dibawah pengawasan Kolones Sudharto memelopori berdirinya FAAB (Federation of Asian Amateur Boxing). Kolonel Sudharto terpilih sebagai patron I FAAB dan M.Mochtar sebagai Vice President.
Tahun 1963 dalam GANEFO I di Jakarta, untuk pertama kalinya dalam sejarah petinju Indonesia, Frans Soplanit meraih medali emas dalam suatu event yang bersifat internasional.
Tahun 1964 dilangsungkan Kejuaraan Tinju Nasional di Yokyakarta, untuk pertama kalinya diadakan pemilihan petinju Nasional Terbaik, memperebutkan piala bergilir Hamengkubuwono ke IX. Sebagai petinju terbaik terpilih bambang Sumulyo(kelas bulu) dari yogyakarta.
Tahun 1965, Kolonel Sudharto meletakan jabatan sebagai ketua umum PB.PERTINA karena keberangkatanya ke Australia untuk memengku jabatann Atase Militer Indonesia di negara tersebut, jabatan ketua beralih ke tangan Laksamana Muda Laut O.B. Syaaf.
Tahun 1965, Kolonel Sudharto meletakan jabatanya sebagai Ketua Umum PB. PERTINA karena keberangkatanya ke Australia untuk memangku jabatan Atase Militer Indonesia di negara tersebut. Jabatan Ketua beralih ke tangan Laksamana Muda Laut O.B. Sjaaf.
Tahun 1965, walaupun ditandai dengan meletusnya G.30S/PKI, tapi PERTINA pada tahun berikutnya masih masih dapat menyelengarakan 3 event nasional yaitu Kejuaraan Tinju Nasional di Senayan, Jakarta, Porwil di Medan, Bandung, Surabaya dan Ujungpandang, serta mengirimkan 3 petinju ke Asian Games V di Bangkok. Para petinju di kirim itu ialah Idwan Anwar (terbang) meraih perak dan Frans Soplanit(bulu) tanpa hasil.
Tahun 1967 kegiatan olah raga tinju mulai berkembang dengan pesatnya.
Tercatat peristiwa-peristiwa Nasional sebagai berikut:
- Jakarta International Amateur Boxing Championships, yang diikuti oleh Pakistan, Australia, Korea
Selatan, Birma, Malaysia, dan tuan rumah Indonesia.

- Kejuaraan Tinju Nasional di Surabaya yang diikuti oleh 11 Komisariat Daerah. Jootje Waney merebut piala
Petinju terbaik.

- Petinju Jootje Waneydikirimn ke Mexico City untuj ikut dalam International Sport Week (Pre Olympic).


1 komentar:

Aksi Nyata - Kurikulum Merdeka

https://drive.google.com/file/d/1aSgyBTi4elvG16Wqrro6ThjTlGjtG41Z/view?usp=drive_link